ENTREPRENEURSHIP
ENTREPRENEURSHIP
Entrepreneur menurut Kamus Meriam
Webster berasal dari bahasa Perancis. Kata itu muncul sebagai salah satu kosa
kata yang mulai populer di dalam Bahasa Inggris di sekitar tahun 1852. Kata itu
muncul di saat para pemilik modal dan para pelaku ekonomi di Eropa sedang
berjuang keras menemukan berbagai usaha baru, baik sistem produksi baru, pasar
baru, maupun sumber daya baru untuk mengatasi kejenuhan berbagai usaha yang
telah ada. Sebenarnya, penemuan-penemuan usaha baru sudah berlangsung sepanjang
zaman, namun belum diistilahkan. Karena tidak semua orang mahir dalam hal itu,
diam-diam mulailah dikenal beberapa gelintir orang yang menspesialisasikan diri
di bidang penemuan usaha baru, sehingga tercipta istilah baru.
Penemuan usaha baru memerlukan daya
kreatif yang tinggi untuk meracik semua unsur yang diperlukan, baik sumber daya
manusia, modal, maupun bahan-bahan. Penemuan usaha baru memerlukan kecermatan
yang memadai untuk mengendus target pasar dan menakar ancaman para pesaing.
Penemuan usaha baru memerlukan keterampilan berkomunikasi untuk membujuk para
pemilik modal, penguasa, pekerja, dan semua pihak yang akan terlibat. Entrepreneur
adalah sebutan bagi seseorang yang mahir melahirkan satu usaha baru itu.
Seorang entrepreneur mahir menggabungkan dan mengupayakan berbagai elemen
terkait.
Kemahiran yang dimiliki seorang
entreprenuer disebut entreprenuership. Sejak ditemukannya istilah entreprenuer
itu, ramailah orang yang ingin tahu apa dan bagaimana tentang entrepreneurship.
Berbagai kajian psikologis dan sosiologispun dibentangkan. Berbagai penelitian
mulai diarahkan untuk menemukan rahasia entreprenuership yang ada di dalam diri
seorang entrepreneur. Mengapa seseorang dengan mudah menemukan usaha baru
sementara yang lain hanya puas dengan usaha warisan nenek moyangnya walaupun
sudah hampir bangkrut? Mengapa seseorang tidak tahan lama bekerja untuk orang,
sementara yang lain tahan bertahun-tahun sampai ubanan menjadi buruh?
Diam-diam, sebutan entrepreneur itu mulai bergengsi, dan bahkan lebih bergengsi
dibanding sebutan manager, investor, lebih-lebih karyawan. Ini bukan berarti
sebutan manager, investor, dan karyawan menjadi hilang. Semua istilah itu
memang berbeda zonanya.
Jangan kacaukan tiga istilah yang
banyak kaitannya dengan satu usaha: owner, manager dan entrepreneur. Ketiganya
sering disebut pengusaha saja. Owner adalah seseorang yang memiliki hak atas
aset usaha. Dia adalah pemilik kapital dan pemilik hak atas semua laba.
Kepemilikan itu lazimnya diperoleh karena ia memang menginvestasikan harta
bendanya ke sana. Manager adalah seseorang yang mahir dalam menjalankan sebuah
usaha. Ia terampil merencanakan dan mengarahkan proses dan sumber daya sehingga
suatu usaha berjalan secara efektif dan efisien.
Entrepreneur adalah seseorang yang
melahirkan usaha baru. Dia bagaikan bidan bagi kelahiran usaha-usaha ekonomi.
Bahkan, Meriam Webster menyebutnya sebagai “economic leader”, karena dia memang
berada di garda terdepan dan terawal bagi satu proses bisnis. Dialah yang
menemukan produk yang tepat dan pasar yang tepat. Dialah yang berperan membujuk
calon-calon investor agar mau merogoh kantongnya untuk memproduksi dan
memasarkan produk itu. Dia yang berperan menemukan calon manager yang tepat
untuk satu usaha baru itu kalau sudah berjalan.
Jadi, entrepreneur berhubungan
dengan usaha baru atau pembaruan usaha. Kata kuncinya adalah “baru”.
Entrepreneur melahirkan usaha yang sama sekali baru, sedangkan manager
menjalankan usaha yang telah ada. Dalam kenyataan, manusia diberi bakat yang
berbeda-beda. Ada seseorang yang sangat berbakat menemukan usaha-usaha baru,
mahir membaca pasar, mahir melahirkan berbagai sistem baru dalam bidang
produksi maupun pemasaran, namun gagal ketika usaha itu dipegangnya untuk dikelola.
Ia adalah seorang entreprenuer yang sukses tetapi manager yang gagal.
Sebaliknya ada orang yang serba
bingung dan kikuk ketika diminta untuk mendirikan satu usaha. Dunia gelap
gulita. Selalu berpikri dari mana saya mulai, apa yang harus saya lakukan. Dia
linglung menemukan sumber daya, ia tidak tajam melihat resiko, bahkan ia kelu
dalam membujuk calon investor. Tapi jangan salah, ketika diserahkan satu usaha
kepadanya untuk dikelola, ia berhasil melipat gandakan profit dan berhasil
menekan ongkos serendah-rendahnya. Bahkan ia berhasil menimbulkan suasana kerja
yang nyaman bagi pekerja, menciptakan hubungan yang baik dengan manusia dan
lingkungan. Kalau begitu, ia adalah seorang manager yang baik, bukan seorang
entrepreneur.
Dalam pergaulan sehari-hari dalam
dunia usaha, kita dengan jelas melihat bakat yang berbeda dari orang ke orang.
Ada yang hanya berbakat sebagai entrepreneur saja, ada yang hanya berbakat
sebagai manager saja. Tentu suatu keberuntungan, bila seseorang memiliki bakat
kedua-duanya sekaligus, ya entreprenuer, ya manager. Namun, bagi yang tidak
berbakat untuk keduanya, juga jangan dikira tidak beruntung. Masih ada tempat
untuknya: sebagai karyawan atau sebagai investor.
Komentar
Posting Komentar